MENUMBUHKAN
JIWA ENTREPRENEURSHIP DALAM DIRI MUBALIG *
I. Pendahuluan
Menurut Abraham
Maslow, seorang tokoh psikologi humanistik Barat, manusia dalam dirinya mempunyai
kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs) yang harus dipenuhi, seperti
kebutuhan dasar terhadap makanan, minuman, tempat tinggal, keamanan, kesehatan;
kebutuhan dasar untuk dicintai dalam sebuah komunitas, aktualisasi diri, dan
lain-lain.[1]
Jika kebutuhan-kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka manusia akan mengalami
berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Dari asumsi ini, dapat dikatakan bahwa
manusia itu pada prinsipnya adalah makhluk entrepreneurship, yaitu
makhluk yang harus berusaha dan berkarya untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa manusia pada hakikatnya adalah
makhluk sosial, yang membutuhkan keberadaan orang lain dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya; dan akta bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan tentu
saja mempunyai kecenderungan dan kebutuhan yang tidak sama, sehingga
memungkinkan bagi mereka untuk melakukan satu pekerjaan tertentu yang tidak
sama untuk penghidupannya.
Jika manusia
dikatakan sebagai makhluk entrepreneurship, maka menumbuhkan jiwa
kewirausahaan di dalam diri seseorang, khususnya dai atau mubalig, adalah
sebuah keniscayaan. Bagaimana caranya menumbuhkan jiwa kewirausahaan ini dalam
diri mubalig merupakan pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan ini.
II. Sekilas Tentang
Entrepreneurship
Entrepreneurship
atau biasa disebut “kewirausahaan, kewiraswastaan”, diartikan secara lebih luas
sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan
usaha dan waktu yang diperlukan, memikul risiko finansial, psikologi, dan
sosial yang menyertainya serta menerima balas jasa moneter dan peluasan
pribadi.[2]
Dalam Ensikopedia Wikipedia diartikan sebagai “tindakan menjadi seorang entrepreneur,
yang melakukan berbagai inovasi, kecerdasan keuangan dan bisnis dalam sebuah
upaya untuk mentransformasikan inovasi-inovasi tersebut ke dalam barang-barang
ekonomi” (the
act of being an entrepreneur or one who undertakes innovations, finance and business acumen in an
effort to transform innovations into economic goods”).[3]
Pelakunya disebut wirausaha atau wiraswasta (entrepreneur). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, wiraswasta diartikan sebagai “orang yang berani
mengambil risiko untuk memulai usaha baru, memasarkan, serta mengatur
permodalan usahanya.”[4]
Sebaliknya, menurut Fadel Muhammad, seperti dikutip Alma,[5]
wirausaha adalah seorang yang memfokuskan pada peluang bukan risiko. Dan, ia
harus berani mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan
jasa yang baru dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan
baku baru.
Terlepas
dari berbagai definisi di atas, menjadi seorang entrepreneur adalah sebuah
keharusan dalam era kontemporer sekarang, yang manusia membutuhkan banyak hal
untuk pemenuhan kehidupannya. Banyak manfaat yang dapat dipetik dari hal ini. Pertama,
dalam tingkatan mikro, seorang tidak harus bergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya. Ia dapat menciptakan sebuah lapangan kerja sendiri dengan
menggunakan berbagai pengetahuan dan keterampilannya. Dengan demikian, ia telah
berperan mengurangi tingkat pengangguran karena memberikan peluang kerja kepada
orang lain. Banyak orang mencapai kesuksesan ekonomi dalam kehidupannya karena
berangkat dari usaha-usahan seperti ini. Selain itu, dengan membuka usaha
sendiri akan muncul suatu kebebasan untuk mengelolanya sendiri, tanpa
diintervensi dan didikte oleh orang lain, selain keterbatasan gaji atau
penghasilan. Berbeda jika berada dalam sebuah tempat kerja yang dimiliki orang
lain. Dalam wirausaha, seorang mempunyai kepuasan pribadi karena, selain tidak
mengenal pensiun, ia dapat pula berkreasi dan menjalankan semua pengetahuan dan
keterampilannya tanpa dibatasi oleh siapa pun.
Kedua, dalam
tingkatan makro, keberhasilan suatu bangsa atau negara sangat tergantung salah
satunya pada entrepreneur. Kata Ciputra, seorang pemilik tiga perusahaan
besar Ciputra Group,
Untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat
perlu dibangun jiwa kewirausahaan (enterpreuner). Sebagai contoh, negara bagian
Texas, Amerika Serikat, bisa terkenal menjadi negara bagian yang maju karena
berhasil membangun jiwa enterpreuner warganya. … karena seseorang yang memiliki
jiwa kewirausahaan (entrepreneur) cenderung untuk melakukan inovasi dan
memanfaatkan segala sesuatu yang awalnya tidak berharga, menjadi bernilai jual
tinggi.[6]
Karena
pentingnya mempunyai jiwa kewirausahaan ini, maka ilmu tentang kewirausahaan
perlu diajarkan semenjak dini di berbagai sekolah, madrasah, pesantren, kampus,
dan sebagainya. Dan begitu pula, membangun jiwa menjadi seorang wirausaha (entrepreneur)
kepada siapa pun, termasuk mubalig, menjadi sebuah keharusan.
III. Jiwa Kewirausahaan (Enterpreneurship Mentality)
Istilah
mentalitas mengarah kepada makna “keadaan jiwa”.[7]
Dalam The Free Dictionary, mentalitas diartikan sebagai “sebuah sikap
mental yang unik dan lumrah yang menentukan bagaimana anda akan menafsirkan dan
merespons situasi” (a
habitual or characteristic mental attitude that determines how you will
interpret and respond to situation).[8]
Dalam kaitan dengan entrepreneurship, maka dapat dipahami sebagai sikap
mental yang digunakan untuk memahami dan menafsirkan kewirausahaan.
Menjadi seorang entrepreneur sukses tentu bukan
perkara mudah. Tidak semua orang bisa berhasil menjalankan usahanya dan menjadi
pengusaha yang sukses. Dibutuhkan kerja keras, tekad dan
karakter yang kuat untuk bisa mewujudkan hal tersebut. Kira-kira mental seperti
apa yang dibutuhkan seorang pelaku usaha untuk bisa mencapai kesuksesannya? Berikut ini beberapa karakter yang
wajib dimiliki seorang pelaku usaha, agar bisnis yang dijalankannya bisa
berhasil dan meraih puncak kesuksesannya.[9]
1.
Haus akan prestasi. Seorang pengusaha sukses selalu
memiliki visi dan misi yang jelas dan berusaha menjadikannya sebagai sebuah
prestasi yang harus segera diwujudkan. Dengan pemikiran tersebut, maka Anda
akan selalu termotivasi untuk menciptakan prestasi-prestasi baru guna mencapai
puncak sukses yang telah diimpikan.
2.
Berkarakter mandiri. Sebagai seorang entrepreneur, Anda
memiliki tanggungjawab penuh atas kemajuan bisnis yang dijalankan. Apa pun yang
terjadi pada bisnis tersebut semua tergantung pada diri Anda. Karena itulah
dibutuhkan karakter mandiri agar segala hal yang terjadi pada bisnis Anda bisa
diselesaikan dengan baik.
3.
Memiliki disiplin diri. Kedisiplinan menjadi kunci
kesuksesan seorang pengusaha dalam mengembangkan bisnis-bisnisnya. Dengan
membiasakan diri untuk disiplin, maka secara tidak langsung bisnis yang Anda
jalankan bisa berjalan sesuai dengan target yang telah ditentukan dan
mendapatkan kepercayaan dari para konsumen.
4.
Memanfaatkan waktu sebagai peluang. Istilah “Waktu adalah uang”
merupakan gambaran yang tepat bagi para pelaku usaha. Sebab setiap waktu yang
terlewati dimanfaatkan untuk menciptakan peluang-peluang baru dalam rangka
mengembangkan usahanya. Jadi tidak ada salahnya bila Anda mencoba mengatur
waktu sebaik-baiknya untuk mencapai target-target yang telah Anda impikan.
5.
Mampu memotivasi diri sendiri. Sebagai seorang pengusaha, Anda
berperan sebagai bos bagi diri sendiri maupun bagi usaha yang sedang
dijalankan. Jika diibaratkan sebuah kapal, maka Andalah yang memegang kendali
kapal tersebut. Jadi sebisa mungkin jaga terus motivasi diri Anda, tetap semangat dan jalankan usaha tersebut
sebaik-baiknya
6.
Kreatif dan inovatif. Seorang entrepreneur sukses selalu
memiliki ide-ide segar untuk menciptakan inovasi dan kreasi baru bagi
perkembangan bisnisnya. Tingginya tingkat kreativitas yang Anda miliki menjadi
salah satu modal utama bagi bisnis Anda, sehingga tidak kalah bersaing dengan
bisnis lainnya yang ada di pasaran.
7.
Berjiwa pemimpin. Karakter pemimpin wajib dimiliki
seorang pengusaha untuk mengarahkan bisnisnya menuju puncak kesuksesan.
Terkadang sebagai seorang pengusaha, Anda dituntut untuk bisa mengambil
keputusan dengan bijak tanpa harus merugikan pihak manapun. Karenanya, jadilah
pemimpin yang baik bagi diri sendiri, karyawan, dan bagi perkembangan bisnis
Anda.
8.
Berani
mengambil risiko. Terkadang seorang pengusaha memandang sebuah resiko
sebagai peluang. Naluri inilah yang mendorong para pelaku usaha menjadi seorang
“petarung” yang berani mengambil resiko untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
besar. Sebab, pada dasarnya dalam setiap masalah selalu ada celah yang bisa
dimanfaatkan sebagai peluang usaha.
9.
Terus belajar dan menambah wawasan. Bagi calon
pengusaha sukses, proses pembelajaran tidaklah berhenti di bangku pendidikan
formal saja. Setiap jam adalah belajar, baik belajar dari buku, belajar dari
ahlinya langsung, maupun belajar dari pengalaman yang di dapatkannya di
kehidupan nyata. Semakin sering Anda belajar, maka semakin luas pula wawasan
yang bisa Anda jadikan sebagai modal usaha.
10.
Pantang menyerah. Kegagalan mungkin sudah menjadi
bagian dari perjalanan para pengusaha sukses di Indonesia. Namun kegagalan yang
mereka alami tidak lantas membuatnya putus harapan dan berhenti menjalankan
usahanya. Jiwa pantang menyerah telah tertanam di dalam diri mereka, sehingga
selalu ada cara baru untuk bangkit dari kegagalan yang mereka alami. Karakter
inilah yang wajib Anda miliki agar kesuksesan yang Anda impikan bisa terwujud
sesuai target yang telah ditentukan.
Meskipun membangun karakter entrepreneur sukses tidaklah semudah membalikan telapak
tangan, namun diharapkan dengan informasi tersebut para pembaca bisa
termotivasi untuk mulai mempersiapkan diri menjadi calon pengusaha sukses yang
berdaya saing tinggi.
IV. Kiat
Menjadi Seorang Entrepreneur buat Mubalig
Ada beberapa
tahapan yang dapat ditempuh untuk menjadi seorang entrepreneur.
- Niat untuk memulai. Niat menjadi satu fondasi setiap tindakan. Jika niat itu dibangun secara tulus, maka dalam bahasa agama akan mempunyai dampak dan pengaruh yang luar biasa bagi setiap tindakan seseorang.
- Melakukan analisis kemampuan diri terutama yang terkait dengan tiga modal dasar yang dimiliki manusia, seperti sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge)
- Menganalisis sumber daya, seperti diri sendiri (fisik, pikiran, dan keterampilan), material (seluruh sumber daya di luar dirinya yang digunakan hanya untuk melakukan usaha), dan manajemen (melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
- Memilih bidang usaha yang sesuai dengan minat dan bakat, dengan melakukan trend watching (mengamati tren yang berkembang), ideas blocking (memblok gagasan) melalui prinsip yang diusulkan oleh Ki Hajar Dewantara, titeni (perhatikan dengan saksama), tiron (buatlah seperti yang diperhatikan), dan tamba’I (berikan sentuhan modifikasi)
- Fokus dan konsisten. Yaitu, dengan cara memperhatikan hanya pada satu urusan saja , serta terus belajar dan berupaya guna untuk membuat sistem yang lebih kuar agar usaha berjalan efektif dan efisien. Lalu melakukan ekspansi dan memulai diversifikasi (memperluas variasi usaha atau memperluas bidang usaha).
III. Penutup
Jika watak
dan jiwa entrepreneurhip dapat dipahami oleh kebanyakan mubalig, kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya, maka kesuksesan ekonomi dapat
dicapainya dan dapat digunakan untuk kepentingan dakwah. Tahapan-tahapan yang
dapat dilalui oleh seorang mubalig yang ingin mencemplungkan diri dalam entrepreneurship,
adalah mempunyai nilai yang kuat untuk memulai; melakukan analisis kemampuan
diri seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan; menganalisis sumber daya;
memilih bidang yang sesuai; dan terakhir, fokus dan konsisten.
Daftar Pustaka
Alma, Buchari. Kewirausahaan. Bandung: CV Alphabeta, 2001.
Anonim. “Membangun Jiwa Kewirausahaan,” Gemari, Edisi 98/Tahun
X (Maret 2009), 25.
Anonim. “Membangun Karakter Entrepreneur Sukses,” dalam http://bisnisukm.com/membangun-karakter-entrepreneur-sukses.html. (Akses: 11 Juni 2012).
Maslow, Abraham. A Theory of Human Motivation. India: Nalanda
Digital Library, 1943.
The Free Dictionary Online, “mentality,” dalam http://www.thefreedictionary.com/mentality (Akses: 11 Juni 2012).
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Wikipedia, “Entrepreneurship”, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Entrepreneurship. (Akses: 11 Juni 2012).
Wiratno, Masykur. Pengantar Kewiraswastaan. Edisi ke-1. Yogyakarta:
Penerbit BPFE, 2001.
* Makalah
disampaikan dalam “Pembibitan Kader Mubalig”, yang diselenggarakan oleh
Pengurus Nahdatul Ulama (MU) Sulawesi Tengah dengan Kanwil Kementerian Agama
Sulawesi Tengah (Palu, 15 Juni-4 Juli 2012).
** Dosen
Program Pascasarjana STAIN Datokarama Palu.
[1] Abraham
Maslow, A Theory of Human Motivation (India: Nalanda Digital Library, 1943).
[2] Masykur
Wiratno, Pengantar Kewiraswastaan, Edisi ke-1 (Yogyakarta: Penerbit
BPFE, 2001), 2.
[3] Wikipedia,
“Entrepreneurship”, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Entrepreneurship.
(Akses: Senin, 11 Juni 2012).
[4] Tim Penyusun
Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), 1623.
[5] Buchari
Alma, Kewirausahaan (Bandung: CV Alphabeta, 2001), 16.
[6] “Membangun
Jiwa Kewirausahaan,” Gemari, Edisi 98/Tahun X (Maret 2009), 25.
[7] Tim Penyusun
Kamus, Kamus Besar, 942.
[8] The Free
Dictionary Online, “mentality,” dalam http://www.thefreedictionary.com/mentality
(Akses: Senin, 11 Juni 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar