Selasa, 17 Juli 2012

Entrepreneurship Mubalig

MENUMBUHKAN JIWA ENTREPRENEURSHIP DALAM DIRI MUBALIG *
  Dr. Rusli, S.Ag., M.Soc.Sc **
I.   Pendahuluan
Menurut Abraham Maslow, seorang tokoh psikologi humanistik Barat, manusia dalam dirinya mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs) yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan dasar terhadap makanan, minuman, tempat tinggal, keamanan, kesehatan; kebutuhan dasar untuk dicintai dalam sebuah komunitas, aktualisasi diri, dan lain-lain.[1] Jika kebutuhan-kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka manusia akan mengalami berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Dari asumsi ini, dapat dikatakan bahwa manusia itu pada prinsipnya adalah makhluk entrepreneurship, yaitu makhluk yang harus berusaha dan berkarya untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, yang membutuhkan keberadaan orang lain dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya; dan akta bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan tentu saja mempunyai kecenderungan dan kebutuhan yang tidak sama, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk melakukan satu pekerjaan tertentu yang tidak sama untuk penghidupannya.
Jika manusia dikatakan sebagai makhluk entrepreneurship, maka menumbuhkan jiwa kewirausahaan di dalam diri seseorang, khususnya dai atau mubalig, adalah sebuah keniscayaan. Bagaimana caranya menumbuhkan jiwa kewirausahaan ini dalam diri mubalig merupakan pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan ini.

II.  Sekilas Tentang Entrepreneurship
Entrepreneurship atau biasa disebut “kewirausahaan, kewiraswastaan”, diartikan secara lebih luas sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul risiko finansial, psikologi, dan sosial yang menyertainya serta menerima balas jasa moneter dan peluasan pribadi.[2] Dalam Ensikopedia Wikipedia diartikan sebagai “tindakan menjadi seorang entrepreneur, yang melakukan berbagai inovasi, kecerdasan keuangan dan bisnis dalam sebuah upaya untuk mentransformasikan inovasi-inovasi tersebut ke dalam barang-barang ekonomi” (the act of being an entrepreneur or one who undertakes innovations, finance and business acumen in an effort to transform innovations into economic goods”).[3] Pelakunya disebut wirausaha atau wiraswasta (entrepreneur). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wiraswasta diartikan sebagai “orang yang berani mengambil risiko untuk memulai usaha baru, memasarkan, serta mengatur permodalan usahanya.”[4] Sebaliknya, menurut Fadel Muhammad, seperti dikutip Alma,[5] wirausaha adalah seorang yang memfokuskan pada peluang bukan risiko. Dan, ia harus berani mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.
Terlepas dari berbagai definisi di atas, menjadi seorang entrepreneur adalah sebuah keharusan dalam era kontemporer sekarang, yang manusia membutuhkan banyak hal untuk pemenuhan kehidupannya. Banyak manfaat yang dapat dipetik dari hal ini. Pertama, dalam tingkatan mikro, seorang tidak harus bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Ia dapat menciptakan sebuah lapangan kerja sendiri dengan menggunakan berbagai pengetahuan dan keterampilannya. Dengan demikian, ia telah berperan mengurangi tingkat pengangguran karena memberikan peluang kerja kepada orang lain. Banyak orang mencapai kesuksesan ekonomi dalam kehidupannya karena berangkat dari usaha-usahan seperti ini. Selain itu, dengan membuka usaha sendiri akan muncul suatu kebebasan untuk mengelolanya sendiri, tanpa diintervensi dan didikte oleh orang lain, selain keterbatasan gaji atau penghasilan. Berbeda jika berada dalam sebuah tempat kerja yang dimiliki orang lain. Dalam wirausaha, seorang mempunyai kepuasan pribadi karena, selain tidak mengenal pensiun, ia dapat pula berkreasi dan menjalankan semua pengetahuan dan keterampilannya tanpa dibatasi oleh siapa pun.
Kedua, dalam tingkatan makro, keberhasilan suatu bangsa atau negara sangat tergantung salah satunya pada entrepreneur. Kata Ciputra, seorang pemilik tiga perusahaan besar Ciputra Group,
Untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat perlu dibangun jiwa kewirausahaan (enterpreuner). Sebagai contoh, negara bagian Texas, Amerika Serikat, bisa terkenal menjadi negara bagian yang maju karena berhasil membangun jiwa enterpreuner warganya. … karena seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneur) cenderung untuk melakukan inovasi dan memanfaatkan segala sesuatu yang awalnya tidak berharga, menjadi bernilai jual tinggi.[6]
Karena pentingnya mempunyai jiwa kewirausahaan ini, maka ilmu tentang kewirausahaan perlu diajarkan semenjak dini di berbagai sekolah, madrasah, pesantren, kampus, dan sebagainya. Dan begitu pula, membangun jiwa menjadi seorang wirausaha (entrepreneur) kepada siapa pun, termasuk mubalig, menjadi sebuah keharusan.

III. Jiwa Kewirausahaan (Enterpreneurship Mentality)
Istilah mentalitas mengarah kepada makna “keadaan jiwa”.[7] Dalam The Free Dictionary, mentalitas diartikan sebagai “sebuah sikap mental yang unik dan lumrah yang menentukan bagaimana anda akan menafsirkan dan merespons situasi” (a habitual or characteristic mental attitude that determines how you will interpret and respond to situation).[8] Dalam kaitan dengan entrepreneurship, maka dapat dipahami sebagai sikap mental yang digunakan untuk memahami dan menafsirkan kewirausahaan.
Menjadi seorang entrepreneur sukses tentu bukan perkara mudah. Tidak semua orang bisa berhasil menjalankan usahanya dan menjadi pengusaha yang sukses. Dibutuhkan kerja keras, tekad dan karakter yang kuat untuk bisa mewujudkan hal tersebut. Kira-kira mental seperti apa yang dibutuhkan seorang pelaku usaha untuk bisa mencapai kesuksesannya? Berikut ini beberapa karakter yang wajib dimiliki seorang pelaku usaha, agar bisnis yang dijalankannya bisa berhasil dan meraih puncak kesuksesannya.[9]
1.          Haus akan prestasi. Seorang pengusaha sukses selalu memiliki visi dan misi yang jelas dan berusaha menjadikannya sebagai sebuah prestasi yang harus segera diwujudkan. Dengan pemikiran tersebut, maka Anda akan selalu termotivasi untuk menciptakan prestasi-prestasi baru guna mencapai puncak sukses yang telah diimpikan.
2.          Berkarakter mandiri. Sebagai seorang entrepreneur, Anda memiliki tanggungjawab penuh atas kemajuan bisnis yang dijalankan. Apa pun yang terjadi pada bisnis tersebut semua tergantung pada diri Anda. Karena itulah dibutuhkan karakter mandiri agar segala hal yang terjadi pada bisnis Anda bisa diselesaikan dengan baik.
3.          Memiliki disiplin diri. Kedisiplinan menjadi kunci kesuksesan seorang pengusaha dalam mengembangkan bisnis-bisnisnya. Dengan membiasakan diri untuk disiplin, maka secara tidak langsung bisnis yang Anda jalankan bisa berjalan sesuai dengan target yang telah ditentukan dan mendapatkan kepercayaan dari para konsumen.
4.         Memanfaatkan waktu sebagai peluang. Istilah “Waktu adalah uang” merupakan gambaran yang tepat bagi para pelaku usaha. Sebab setiap waktu yang terlewati dimanfaatkan untuk menciptakan peluang-peluang baru dalam rangka mengembangkan usahanya. Jadi tidak ada salahnya bila Anda mencoba mengatur waktu sebaik-baiknya untuk mencapai target-target yang telah Anda impikan.
5.          Mampu memotivasi diri sendiri. Sebagai seorang pengusaha, Anda berperan sebagai bos bagi diri sendiri maupun bagi usaha yang sedang dijalankan. Jika diibaratkan sebuah kapal, maka Andalah yang memegang kendali kapal tersebut. Jadi sebisa mungkin jaga terus motivasi diri Anda, tetap semangat dan jalankan usaha tersebut sebaik-baiknya
6.         Kreatif dan inovatif. Seorang entrepreneur sukses selalu memiliki ide-ide segar untuk menciptakan inovasi dan kreasi baru bagi perkembangan bisnisnya. Tingginya tingkat kreativitas yang Anda miliki menjadi salah satu modal utama bagi bisnis Anda, sehingga tidak kalah bersaing dengan bisnis lainnya yang ada di pasaran.
7.          Berjiwa pemimpin. Karakter pemimpin wajib dimiliki seorang pengusaha untuk mengarahkan bisnisnya menuju puncak kesuksesan. Terkadang sebagai seorang pengusaha, Anda dituntut untuk bisa mengambil keputusan dengan bijak tanpa harus merugikan pihak manapun. Karenanya, jadilah pemimpin yang baik bagi diri sendiri, karyawan, dan bagi perkembangan bisnis Anda.
8.         Berani mengambil risiko. Terkadang seorang pengusaha memandang sebuah resiko sebagai peluang. Naluri inilah yang mendorong para pelaku usaha menjadi seorang “petarung” yang berani mengambil resiko untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Sebab, pada dasarnya dalam setiap masalah selalu ada celah yang bisa dimanfaatkan sebagai peluang usaha.
9.         Terus belajar dan menambah wawasan. Bagi calon pengusaha sukses, proses pembelajaran tidaklah berhenti di bangku pendidikan formal saja. Setiap jam adalah belajar, baik belajar dari buku, belajar dari ahlinya langsung, maupun belajar dari pengalaman yang di dapatkannya di kehidupan nyata. Semakin sering Anda belajar, maka semakin luas pula wawasan yang bisa Anda jadikan sebagai modal usaha.
10.       Pantang menyerah. Kegagalan mungkin sudah menjadi bagian dari perjalanan para pengusaha sukses di Indonesia. Namun kegagalan yang mereka alami tidak lantas membuatnya putus harapan dan berhenti menjalankan usahanya. Jiwa pantang menyerah telah tertanam di dalam diri mereka, sehingga selalu ada cara baru untuk bangkit dari kegagalan yang mereka alami. Karakter inilah yang wajib Anda miliki agar kesuksesan yang Anda impikan bisa terwujud sesuai target yang telah ditentukan.
Meskipun membangun karakter entrepreneur sukses tidaklah semudah membalikan telapak tangan, namun diharapkan dengan informasi tersebut para pembaca bisa termotivasi untuk mulai mempersiapkan diri menjadi calon pengusaha sukses yang berdaya saing tinggi.

IV. Kiat Menjadi Seorang Entrepreneur buat Mubalig
Ada beberapa tahapan yang dapat ditempuh untuk menjadi seorang entrepreneur.
  1. Niat untuk memulai. Niat menjadi satu fondasi setiap tindakan. Jika niat itu dibangun secara tulus, maka dalam bahasa agama akan mempunyai dampak dan pengaruh yang luar biasa bagi setiap tindakan seseorang.
  2. Melakukan analisis kemampuan diri terutama yang terkait dengan tiga modal dasar yang dimiliki manusia, seperti sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge)
  3. Menganalisis sumber daya, seperti diri sendiri (fisik, pikiran, dan keterampilan), material (seluruh sumber daya di luar dirinya yang digunakan hanya untuk melakukan usaha), dan manajemen (melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
  4. Memilih bidang usaha yang sesuai dengan minat dan bakat, dengan melakukan trend watching (mengamati tren yang berkembang), ideas blocking (memblok gagasan) melalui prinsip yang diusulkan oleh Ki Hajar Dewantara, titeni (perhatikan dengan saksama), tiron (buatlah seperti yang diperhatikan), dan tamba’I (berikan sentuhan modifikasi)
  5. Fokus dan konsisten. Yaitu, dengan cara memperhatikan hanya pada satu urusan saja , serta terus belajar dan berupaya guna untuk membuat sistem yang lebih kuar agar usaha berjalan efektif dan efisien. Lalu melakukan ekspansi dan memulai diversifikasi (memperluas variasi usaha atau memperluas bidang usaha).

III.  Penutup
Jika watak dan jiwa entrepreneurhip dapat dipahami oleh kebanyakan mubalig, kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya, maka kesuksesan ekonomi dapat dicapainya dan dapat digunakan untuk kepentingan dakwah. Tahapan-tahapan yang dapat dilalui oleh seorang mubalig yang ingin mencemplungkan diri dalam entrepreneurship, adalah mempunyai nilai yang kuat untuk memulai; melakukan analisis kemampuan diri seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan; menganalisis sumber daya; memilih bidang yang sesuai; dan terakhir, fokus dan konsisten.


Daftar Pustaka
Alma, Buchari. Kewirausahaan. Bandung: CV Alphabeta, 2001.
Anonim. “Membangun Jiwa Kewirausahaan,” Gemari, Edisi 98/Tahun X (Maret 2009), 25.

Anonim. “Membangun Karakter Entrepreneur Sukses,” dalam http://bisnisukm.com/membangun-karakter-entrepreneur-sukses.html. (Akses: 11 Juni 2012).

Maslow, Abraham. A Theory of Human Motivation. India: Nalanda Digital Library, 1943.
The Free Dictionary Online, “mentality,” dalam http://www.thefreedictionary.com/mentality (Akses: 11 Juni 2012).
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Wikipedia, “Entrepreneurship”, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Entrepreneurship. (Akses: 11 Juni 2012).
Wiratno, Masykur. Pengantar Kewiraswastaan. Edisi ke-1. Yogyakarta: Penerbit BPFE, 2001.



* Makalah disampaikan dalam “Pembibitan Kader Mubalig”, yang diselenggarakan oleh Pengurus Nahdatul Ulama (MU) Sulawesi Tengah dengan Kanwil Kementerian Agama Sulawesi Tengah (Palu, 15 Juni-4 Juli 2012).
** Dosen Program Pascasarjana STAIN Datokarama Palu.
[1] Abraham Maslow, A Theory of Human Motivation (India: Nalanda Digital Library, 1943).
[2] Masykur Wiratno, Pengantar Kewiraswastaan, Edisi ke-1 (Yogyakarta: Penerbit BPFE, 2001), 2.
[3] Wikipedia, “Entrepreneurship”, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Entrepreneurship. (Akses: Senin, 11 Juni 2012).
[4] Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 1623.
[5] Buchari Alma, Kewirausahaan (Bandung: CV Alphabeta, 2001), 16.
[6] “Membangun Jiwa Kewirausahaan,” Gemari, Edisi 98/Tahun X (Maret 2009), 25.
[7] Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar, 942.
[8] The Free Dictionary Online, “mentality,” dalam http://www.thefreedictionary.com/mentality (Akses: Senin, 11 Juni 2012).

[9] Karakter-karakter ini semuanya dikutip dalam “Membangun Karakter Entrepreneur Sukses,” dalam http://bisnisukm.com/membangun-karakter-entrepreneur-sukses.html. (Akses: 11 Juni 2012).

Tidak ada komentar: